Contoh Teks Khutbatul Hajah

Khutbatul Hajah, Khutbah Hajat atau Khutbah Ibnu Masud adalah khotbah yang disunnahkan untuk dibaca pada beberapa keadaan (hajat)  tertentu seperti acara pesta pernikahan, memulai ceramah umum, khotbah pada Shalat Ied dan Shalat Jumat, juga di awal (mukadimah) karya tulis.
Khutbatul Hajah  memiliki beberapa kandungan yanhg penting serta faedah, diantaranya:
  1. Pujian kepada Dzat pencipta alam.
  2. Ibadah seorang hamba dan kebutuhannya kepada Allah serta permintaannya kepada Allah dalam segala urusannya.
  3. Persaksian bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah saja dan tidak ada rasul yang diikuti kecuali Rasulullah.
  4. Agungnya kedudukan al-Qur’an dan Sunnah
  5. Bahaya perkara bidah dalam agama.

Berikut ini adalah salah satu contoh teks khutbatul hajah yang bisa anda gunakan untuk membawakan suatu acara seperti ceramah, mengisi kajian, pesta pernikahan, dan sejenisnya.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

أَمَّا بَعْدُ:

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Artinya: Segala puji hanya bagi Allahkami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Alloh dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Alloh beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Alloh sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah saja, ti­dak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Mu­hammad adalah hamba dan Rosul-Nya.

Hal orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.(QS.AIi’lmron: 102)
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb-mu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allohmemperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang de­ngan (menggunakan) Nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturohim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasimu.(QS. an-Nisa’:1)
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yangbenar, niscaya Alloh memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rosul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkemenanganyang besar.” (QS. al-Ahzaab: 70-71 )
Amma ba’du: Sesungguhnya se­benar-benar perkataan adalah Kitabulloh (al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Mu­hammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (as-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempat-nya di neraka.
Takhrij Hadits
Khotbah ini diriwayatkan dari enam orang shahabat, yaitu Abdullah bin Mas’udAbu Musa al-Asy’ariAbdullah bin AbbasJabir bin Abdullah, Nubaith bin Syarith dan Aisyah, serta seorang tabi’in yaitu Az-Zuhri.
1. Riwayat Abdulloh bin Mas’ud
Ada empat jalur dari beliau:
  1. Abu Ubaidah.Diriwayatkan Abu Dawud 1/331, Nasa’i 1/208, al-Hakim 2/182, 183, ath-Thoyyalisi 338,  Ahmad  3720, 4115,  Abu Ya’la 1/342, al-Baihaqi 7/146. Sanad hadits ini seluruh perowinya terpercaya hanya saja terputus, sebab Abu Ubaidah tidak mendengar dari ayahnya (Ibnu Mas’ud).
  2. Abul Ahwash.Diriwayatkan Nasa’i 2/29, Tirmidzi 2/178, Ibnu Majah 1/584, 585, ath-Thohawi 1/4, al-Baihaqi 3/214. Sanad ha­dits ini shohih menurut syarat Muslim. Tirmidzi berkata: “Hadits hasan”.
  3. Abu ‘lyadh. Diriwayatkan Abu Dawud   1/172,  331,  al-Baihaqi 3/215, 7/146. Sanad ini lemah, sebab Abu lyadh adalah seorang yang majhul (tidak dikenal).
  4. Syaqiq. Diriwayatkan al-Baihaqi 7/146, 147. Sanad ini lemah, karena di dalamnya terdapat Huraits al-Fazari, dia seorang yang lemah haditsnya.
2. Riwayat Abu Musa al-Asy’ari
    Diriwayatkan Abu Ya’la 1/342. al-Haitsami membawakan dalam Majma’ Zawaid 4/288 dan berkata:           “Diriwayatkan Abu Ya’la dan ath-Thobarani dalam al-Ausath dan al-Kabir secara ringkas, seluruh             perowinya terpercaya. Dan hadits Abu Musa sanadnya bersambung.”
3. Riwayat Abdullah bin Abbas
     Diriwayatkan Muslim 3/12, al-Bai­haqi, Ahmad 3275, Ibnu Majah 1/585 dan ath-Thohawi. Sanad ha­dits      ini shohih.
4. Riwayat Jabir bin Abdillah,
    Diriwayatkan Muslim 3/11, Ahmad 3/371, al-Baihaqi 3/214. Sanad ha­dits shohih sesuai syarat Muslim.
5. Riwayat Nubaith bin Syarith
    Diriwayatkan al-Baihaqi 3/215. Sanad ini seluruh perowinya terper­caya kecuali Musa bin Muhammad       al-Anshori.
6. Riwayat Aisyah
    Diriwayatkan Abu Bakar bin Abu Dawud dalam Musnad Aisyah 2/57. Sanadnya jayyid (bagus).
7. Riwayat Sahl bin Sa’ad
    Dikeluarkan Simmawaih dalam Fawaid-nya sebagaimana dalam Husnu Tanabbuh fi Tarki                           Tasyabbuh Syaikh Muhammad al-Ghozzi 5/8.
8. Riwayat Zuhri
    Diriwayatkan Abu Dawud 1/172, al-Baihaqi 3/215. Sanad hadits ini seluruh rowinya terpercaya, hanya     saja dia mursal. Oleh karena itu, dia termasuk hadits lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Mata Kuliah SKI " Sejarah Pekembangan Peradaban Islam di Rusia"